RSS
Container Icon

Perbedaan Pendapatan Dan Penghasilan

‘Pendapatan’ dan ‘penghasilan’ sebenarnya lumrah digunakan oleh semua kalangan dalam komunikasi sehari-hari. Keduanya diartikan sama—bisa jadi gaji, upah, bahkan mungkin penjualan, keuntungan, komisi, bunga pinjaman, dll. Dalam akuntansi, pendapatan dan penghasilan memiliki arti yang sangat berbeda. Perlakuan akuntansinyapun berbeda. Lalu, menurut Akuntansi,  apa itu pendapatan? Apa itu penghasilan?




Penghasilan (income) didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (Ref: PSAK 1, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan)

Yang disebut dengan penghasilan (income) meliputi:

·    Pendapatan (revenue); dan Keuntungan (gain).


Lalu, apa itu ‘pendapatan’ (revenue)?

Dalam PSAK 23 (Rev 2009) disebutkan: “Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal perusahaan”. Pendapatan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti: penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.

Dari banyaknya ragam pendapatan yang mungkin timbul dalam perusahaan, pengertian pendapatan di ataspun tetap berpotensi menjadi rancu dan tidak konsisten dalam penggunaannya. Untuk itu perlu batasan yang pasti, bila atau kapan pendapatan diakui?


Dalam PSAK 23, disebutkan:

“Pendapatan diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.”

Dari pengertian di atas, bisa dibuat semacam kriteria:

·         Kriteria-1: Mengandung potensi manfaat ekonomi di masa depan

·         Kriteria-2: Masuk ke dalam perusahaan

·         Krietria-3: Dapat diukur dengan andal.


PSAK 23 jelas menyebutkan bahwa, pendapatan hanya diakui bila timbul sebagai akibat dari 3 jenis transaksi berikut ini:

1. Penjualan barang – Barang yang dimaksudkan di sini meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.

2. Penjualan jasa – Biasanya terkait dengan kinerja perusahaan atas tugas yang telah disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. (Catatan: Beberapa kontrak untuk penjualan jasa secara langsung terkait dengan kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan arsitek, diatur sesuai dengan persyaratan kontrak konstruksi sebagaimana diatur dalam PSAK 34)

3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain – Yang menimbulkan pendapatan dalam bentuk:

·         bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang kepada perusahaan;

·         royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan

·      dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.


Lebih spesifiknya:

Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, yang tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan. Jumlah yang ditagih atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan adalah komisi yang diterima. Dikesempatan lain, saya akan bahas lebih dalam mengenai pengakuan dan pengkuran: (a) pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan barang dagangan, (b) pendapatan yang timbul dari penjualan jasa, serta (c) penjualan yang timbul akibat penggunaan asset perusahaan oleh pihak lain.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Logika Dibalik Pembukuan Berpasangan

Logika Dibalik Pembukuan Berpasangan

Menurut Hery SE, MSi, dalam bukunya Teori Akuntansi, Prenada Media 2009, terdapat beberapa konsep teori yang dipakai dalam perumusan prinsip dasar akuntasi, yaitu : Proprietory Theory, Entity Theory, Residual Equity Theory, Investor Theory, Fund Theory, Enterprise Theory, dan Commander Theory.

Salah satu teori di atas, yaitu Entity Theory menyebutkan bahwa entitas (perusahaan) merupakan badan yang terpisah dan harus dibedakan dari pemilik. Yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah entitas, bukan pemilik. Entitas dianggap memiliki kekayaan, dan juga kewajiban kepada kreditor maupun pemegang saham. Menurut konsep teori ini, persamaan akuntansi dirumuskan sebagai berikut:

Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham

Aktiva merupakan hak milik perusahaan (entitas), sedangkan ekuitas merupakan sumber aktiva yang berasal dari kreditor dan pemegang saham. Jadi, entitas memiliki kewajiban kepada kreditor dan pemegang saham. Kreditor dan pemegang saham merupakan pemilik perusahaan, di mana entitas berutang.

Namun, menarik utuk mencermati metode A. Henriques dan Benny K, Arifien dalam bukunya Sistem Pengolahan Informasi Keuangan Organisasi Nirlaba, HIVOS dan Yayasan Satu Nama 2007 dalam memaparkan logika dibalik penjurnalan berpasangan dalam proses akuntansi.

Untuk memahami logika dibalik metode pembukuan perpasangan itu, mereka memaparkan sebuah kasus sederhana sebagai berikut :
Para pendiri Yayasan Bina Tani Mandiri (YBTM) menyetor “Modal” sebesar Rp. 500.000.000 sebagai kekayaan awal, melalui Bank BRI. Pertanyaan yang timbul adalah “apakah Rp. 500.000.000 itu?”
Orang dapat mengatakan bahwa:
  • Rp. 500.000.000 itu adalah uang YBTM di bank;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah saldo rekening bank YBTM di Bank BRI;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah tagihan YBTM pada Bank BRI;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah modal [kekayaan] awal YBTM;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah harta/kekayaan YBTM;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah utang YBTM kepada para pendirinya;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah kewajiban keuangan YBTM kepada para pendirinya;
  • Rp. 500.000.000 itu adalah modal yang dipinjam oleh YBTM dari para pendirinya;

Dan seterusnya.
Jadi, apakah YBTN menerima uang sebesar 8 kali @ Rp. 500.000.000 atau Rp. 4.000.000.000? Tentu saja, tidak.
Kalau begitu apa yang sebenarnya terjadi?
Tak lain dan tak bukan adalah penggunaan istilah yang berbeda-beda untuk satu “benda” yang sama, yaitu Rp. 500.000.000, karena “benda” yang ada hanya Rp. 500.000.000, tidak lebih dari itu.

Yang berbeda-beda adalah istilah-istilah yang digunakan. Apakah dengan menggunakan berbagai istilah yang berbeda-beda itu, “benda” tersebut berubah jumlahnya, sehingga uang yang dimiliki oleh YBTM bertambah, sebanyak istilah tersebut? Tentu saja tidak, karena “benda” yang ada, itu-itu juga; yang berbeda hanyalah istilah yang digunakan untuk “benda” yang sama itu.

Di satu pihak, Rp 500.000.000 itu dilihat dari sudut pandang dari mana uang itu berasal (sumber dana), sehingga mereka menyebutkan sebagai “modal yang dipinjam oleh YBTM dari para pendirinya”, “utang YBTM kepada para pendirinya”, “kewajiban keuangan YBTM kepada para pendirinya”, “modal (kekayaan) awal YBTM”.

Sementara yang lain memandang benda itu dari sudut pandang di mana, dalam bentuk apa dan untuk apa uang itu digunakan, sehingga menyebutkan sebagai “uang YBTM di bank”, “saldo rekening bank YBTM di Bank BRI”, “tagihan YBTM pada Bank BRI” atau “harta/kekayaan YBTM”.

Jadi, sekali lagi A. Henriques dan Benny K, Arifien menekankan bahwa sesungguhnya Rp. 500.000.000 adalah “benda” yang sama, namun istilah yang digunakan berbeda-beda, di liat dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Jika kita ikuti penjelasan diatas ini, Rp. 500.000.000 atau “benda sama itu, dapat kita sajikan pada dua sisi dengan istilah yang berbeda-beda, seperti terlihat dibawah ini:

PENGGUNAAN DANA
SUMBER DANA
HARTA
MODAL
Kekayaan
Kewajiban Keuangan kepada Pendiri
Tagihan YBTM ke Bank
Pinjaman YBTM dari Pendiri
Uang YBTM di Bank
Utang YBTM kepada Pendiri
Rp. 500.000.000
Rp. 500.000.000

Menurut mereka, kedua sisi itu seakan-akan menyerupai dua gantungan pada satu timbangan yang seimbang.
Kedua sisi diatas ini selalu seimbang dan tidak pernah tidak akan seimbang, karena apa yang ada pada kedua sisi itu bukan benda yang berbeda. Dua sisi yang selalu seimbang ini disebut oleh Luca Pocioli, Bapak Sistem Pembukuan Berpasangan, “Ia bilancia”, atau Neraca.

Nah, yang juga cukup menarik adalah bagaimana cara A. Henriques dan Benny K, Arifien membangun logika atas Aktiva dan Pasiva sebagai berikut :
Jika kita amati kedua sisi Neraca itu, seperti tabel di atas, sisi kanan Neraca memperlihatkan, dari mana atau dari siapa organisasi yang bersangkutan memperoleh dana (SUMBER DANA); sedangkan, sisi kiri Neraca memperlihatkan, untuk apa dana itu digunakan (PENGGUNAAN DANA).

Sisi kanan Neraca memperlihatkan hasil kerja organisasi mencari dana dari para pemilik atau penyandang dana; Dalam kasus ini, YBTM seakan-akan menunggu keputusan pemilik atau penyumbang dana; ia cenderung “pasif”. Oleh karena itulah maka sisi kanan atau sisi sumber dana ini disebut sisi PASIVA.

Sisi kiri Neraca memperlihatkan kemampuan organisasi mengelola dana yang telah diperoleh dari para pemilik atau penyandang dana untuk berbagai kegunaan; dalam kasus ini ia kelihatan “aktif”. Oleh karena itulah maka sisi kiri atau sisi penggunaan dana ini disebut sisi AKTIVA.

Jika dikatakan bahwa Neraca selalu seimbang dan Neraca terdiri dari sisi kiri yang disebut Aktiva dan sisi kanan yang disebut Pasiva, kita dapat mengatakan bahwa AKTIVA = PASIVA, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

NERACA
AKTIVA
PASIVA
Penggunaan Dana
Sumber Dana
Harta
Modal
Kekayaan
Kewajiban Keuangan kepada Pendiri
Tagihan ke Bank
Pinjaman YBTM dari Pendiri
Uang YBTM di Bank
Utang YBTM kepada Pendiri
Rp. 500.000.000
Rp. 500.000.000

Paparan lengkap dengan metode penyajian yang cukup menarik dapat dibaca di buku Sistem Pengolahan Informasi Keuangan Organisasi Nirlaba. Saya berharap paling tidak artikel ini bisa membantu pemahaman teman-teman.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas
Fokus utama dari penyajian laporan keuangan sektor bisnis secara umum adalah pada ‘laba’. Pada sektor nirlaba, fokus utamanya adalah pada ‘aktiva bersih’, atau jumlah aset bersih yang tersedia bagi pelaksanaan program dan kegiatan organisasi.
Pada sektor bisnis, laba dilaporkan melalui Laporan Laba Rugi. Sedangkan pada organisasi nirlaba, aktiva bersih dihasilkan oleh Laporan Aktivitas (PSAK 45).
Lantas, apa tujuan pelaporan arus kas ?
Laporan arus kas dibutuhkan karena:
  1. Kadang kala nilai aktiva bersih tidak menggambarkan kondisi organisasi yang sesungguhnya.
  2. Seluruh informasi mengenai kinerja organisasi selama periode tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.
  3. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas organisasi di masa mendatang.
Ukuran aktiva bersih (net asset) tidak memberikan gambaran yang akurat mengenai kinerja dan kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama periode tertentu. Ketika organisasi memiliki sedemikian besar uang muka yang beredar, maka kondisi ini akan membuat aktiva bersih seolah-olah tampak besar, padahal dana likuid yang tersedia sudah dalam kondisi yang minimal. Hal ini dikarenakan bahwa laporan aktivitas disusun atas dasar akrual (bukan dasar kas), yaitu melalui sebuah proses penandingan antara beban antara pendapatan, sehingga angka aktiva bersih yang dihasilkan tidak identik dengan besarnya uang kas yang tersedia.
Laporan posisi keuangan komparatif memang jadi pelengkap laporan aktivitas. Laporan posisi keuangan menunjukkan besarnya penambahan aktiva tetap yang terjadi selama periode berjalan, namun tidak menunjukkan bagaimana penambahan aktiva tetap tersebut dibiayai. Demikian juga, dalam neraca komparatif menunjukkan adanya penambahan jumlah uang muka yang beredar, tetapi tidak menunjukkan bagaimana dan dari mana penambahan jumlah uang muka tersebut dibiayai. Dengan laporan arus kas, informasi mengenai dari mana saja sumber penerimaan kas dan untuk apa saja dikeluarkan akan tersaji secara rinci.
Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk maupun arus kas keluar organisasi selama periode pelaporan tertentu. Laporan arus kas ini akan memberikan informasi yang berguna mengenai kemampuan organisasi dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Kas disini diartikan sebagai kas dan setara kas. Sedangkan makna kas dan setara kas adalah sebagai berikut : Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS